03
"loh, Haikal? Udah masuk kerja aja, bukannya kemarin lo pingsan ya?" Tanya teman kerja Haikal.
"Kalo gak kerja dapet uang dari mana?" Bukannya menjawab haikal kalah membalas dengan pertanyaan lagi.
"Iya juga sih, yang penting lo jangan maksain diri, jaga kesehatan juga biar ga pingsan kayak kemarin" Nasihat orang tersebut.
Teman kerja Haikal, lebih tua satu tahun, bernama lengkap Mahendra Laksmana.
"Iya" jawab Haikal.
Mereka pun memulai pekerjaannya masing-masing.
Karena Haikal pintar dan mudah mengerti akan sesuatu, dia di terima di perusahaan besar walaupun hanya sebagai karyawan biasa karena ia hanya lulusan SMA.
_________________________________________
Setelah selesai mandi mereka pun duduk di ruang tempat menonton tv, dan melanjutkan obrolan tadi.
"Bian, kan abang udah lama dapet kerja nihh, gajinya juga lumayan. Mending besok nana gak usah kerja sampingan lagi, kamu fokus aja belajar banggain abang. Soal masalah biaya sekolah biar abang yang tanggung" Ucap Haikal panjang lebar.
Sebelum menjawab Nauval sempat berfikir terlebih dahulu.
"Tapi bang? Emang abang gak cape?"ada jeda di ucapannya.
"Bian kan bukan siapa-siapa nya abang, kok abang mau sih ngurus dan biayain Bian. Dari dulu Bian mau tanya hal ini tapi Bian-" lanjut Nauval kepotong omongannya Haikal.
"Gak ada tapi tapian, kata siapa Bian bukan siapa-siapa nya abang? Bian itu adik kesayangannya abang, wajar dong abang urus dan biayai, kan itu tanggung jawab abang terhadap adiknya" balas haikal dengan tegas setelah mendengar ucapan Bian.
"Udah, udah, tadi Bian mau nanya apa pas di motor, coba ulang pertanyaan nya abang lupa" lanjut Haikal mengalihkan pembicaraan mereka.
"Oh iya, Bian juga lupa mau tanya itu" ucap Nauval dengan nada bersemangat.
"Kata Abang, abang mau cerita tentang abang yang jadi kapten basket" lanjutnya.
"Iya, iya abang cerita kok" balas Haikal dengan bibir yang tertarik keatas membentuk senyuman kecil melihat tingkah Nauval yang ceria dan gak sabara ingin mendengarnya cerita.
"Jadi dulu abang juga ikut ekskul basket kayak kamu, karena hobi abang juga bermain basket. Bian lupa ya, kan semenjak bian tinggal sama abang, waktu awal-awal kan kita sering main basket bareng di lapangan dekat taman" ucapnya seraya melirik Nauval untuk melihat ekspresinya.
Nauval terkejut mendengarnya.
'eh.. iya juga ya. Kan gue bisa basket di ajarin abang dulu'.
"Hahahaha..." Haikal tertawa melihat wajah kaget adiknya.
"Bian masih muda loh" ledeknya.
"Apaan sih abang...." Rengek Nauval tak terima di ledek abangnya. Tapi dengan bibir tersenyum melihat sang kakak tertawa.
"Mending abang lanjut cerita deh" ucapnya lagi.
"Iya.. iya.. Nah waktu abang kelas 11, abang ikut pemilihan kapten basket, gak nyangka bakal kepilih dong jadi mulai dari situ abang jadi kapten di tim basket sekolah" Haikal yang melanjutkan ceritanya.
"Ohhh"balas Nauval sambil kepala yang mengangguk ngangguk.
"Oh iya, satu lagi bang, kata temen bian abang waktu SMA orangnya dingin, emang iya?" Tanya Nauval lagi.
"Enggak kok, mungkin temen mu belum kenal abang aja. Menurutmu abang dingin gak?" Tanya balik Haikal.
"Engga bang, ya walaupun abang kalo marah suka diemin Bian, tapi abang gak dingin kok" jawabnya dengan wajah polos.
Haikal hanya menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Sambil berfikir
'Bian, kok polos sih padahal orang yang dia omongin ada di depannya. Makin gak tenang abang pas nanti abang pergi'
"Satu lagi bang, satu lagi. Bukan pertanyaan tapi permintaan bang" ucapnya dengan sedikit berteriak karena terlalu bersemangat.
"Iya,iya abang gak kemana-mana kok santai aja" jawab haikal dengan sedikit terkekeh melihat tingkah adiknya.
"Kata Temen bian, Mau coba tanding sama abang, maksud nya 1vs1 mungkin. Tapi, bian juga mau main basket lagi bareng abang" ucap Nauval.
"Bisa kan bang? Bisa kan?" Tanya Nauval entah ke berapa kalinya.
"Iya, iya. abang bisa. Tapi, hari minggu pas abang libur kerja ya" balas Haikal.
"Nanti abang lanjut, abang mau masak buat makan malam nanti , mending nana siap-siap buat sholat Maghrib abis itu ngaji" lanjut Haikal sambil beranjak dari duduknya.
"Siap laksanakan, abang" balas Nauval langsung berdiri lalu berjalan menuju kamar mereka berdua.
Tak lama Haikal telah selesai memasak, ia berjalan ke kamar untuk melihat Nauval.
"Bi? Udah? Kita sholat berjamaah aja sekalian ngajar ngaji anak-anak, abang lupa hari ini bagian abang yang ngajar" ucap haikal sembari membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar.
Nauval yang sedang santai menunggu abangnya selesai memasak dengan mengerjakan tugas, menoleh lalu menjawab.
"Iya bang nanti bian juga nunggu abang aja, biar bisa pulang bareng" jawabnya.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya haikal.
"Lagi nugas bang, tadi sambil nungguin abang masak hehe..." Jawab nauval sembari terkekeh di akhir, entah apa yang lucu tapi ia malah tertawa.
"Adeknya abang rajin bener, abang bangga" ucap haikal sembari sedikit mengusap-ngusap rambut nauval.
Nauval hanya tersenyum mendengar pujian dari Haikal.
"Udah beres?" Tanya Haikal lagi.
"Udah kok bang" jawab Nauval.
"Kita berangkat ke masjidnya sekarang aja, sekalian tadarusan di masjid sebelum sholat" ajak Haikal.
Nauval hanya mengangguk lalu mengganti baju nya dengan baju koko atau baju khusus untuk sholat, Haikal juga.
#Di masjid
Haikal dan Nauval sudah sampai di masjid. Mereka berdua berjalan ke belakang lalu mengambil wudhu di tempat wudhu.
Setelah wudhu mereka pun masuk kedalam masjid. Mereka tadarus sambil menunggu waktu adzan maghrib.
Lalu setelah adzan berkumandang Haikal maju ke tempat paling depan karna kali ini ustadz Latif sedang tidak ada karena jadwal ceramahnya, jadi Haikal lah yang menjadi imam di masjid tersebut.
Semuanya sholat dengan khusyuk ditambah dengan bacaan sholat yang Haikal lantunkan dengan suara indah dan merdunya. Selesai sholat Haikal berdo'a, lalu melanjutkan tadarus tadi sebelum sholat, sembari menunggu anak anak didik nya datang.