02
"ya alloh.. hamba bersyukur atas nikmat yang kau berikan. hamba selalu berterima kasih karena-Mu hamba bisa mempunyai keluarga kembali" ucap haikal sembari mengangkat kedua tangannya.
"Ya alloh.. semoga Nauval bahagia dan bisa bertemu kembali dengan kedua orang tuanya. Saya rela, saya ikhlas, saya hanya ingin melihat adik saya bahagia dan tidak menderita karena trauma. Saya sedih melihat ia yang selalu terbangun dan tidak bisa tertidur dengan nyenyak karena traumanya." do'a dan keluh kesah Haikal setiap selesai sholat.
Setelah selesai berdoa ia pun melihat kearah tempat tidur dimana terlihat Nauval yang tengah tertidur bergerak dengan gelisah.
'semoga kamu sehat terus sampai kamu bisa bertemu orang tuamu kembali, abang akan berusaha mencari Dimana orang tua mu berada. Maaf abang tidak bisa jujur sekarang. Jika sudah waktunya, abang akan ceritakan semuanya' batin Haikal sembari melihat Nauval yang tadi bergerak gelisah mulai terbangun.
"Kamu kenapa? Mimpi buruk lagi?" Tanya Haikal.
"Iya bang, kayak biasa." Balas Nauval.
"Ya udah, sana sekalian sholat tahajud biar tenang, udah jam 3 pagi jadi jangan tidur lagi. Abang juga baru selesai sholat" Nasihat Haikal.
"Iya bang, Bian ambil wudhu dulu" balasnya. Setelah kepergian Nauval, Haikal terdiam dengan raut muka sedih yang sangat kentara saat melihat punggung sang adik. Tak sadar ia menangis melihat kondisi sang adik yang tak pernah membaik dari traumanya. Setelah sadar ia segera menghapus air mata yang keluar tanpa sepengetahuannya, Lalu berjalan menuju dapur, memasak untuk sarapan nanti.
_________________________________________
Setelah pamit kepada sang kakak, Nauval pun berjalan menuju kelasnya. Tapi, saat di koridor terlihat seseorang melambaikan tangan sambil berlari menghampiri nya.
"Nauval... Nauval... Hey" teriak seseorang tersebut.
"Bisa di pelan kan sedikit suaranya, Reihan?" Tanya Nauval.
"Hehe.. iya val maaf. Terlalu bersemangat sih kan bentar lagi kita ikut turnamen basket" Jawab seseorang yang tadi berteriak alias Reihan.
Nauval hanya melihat reihan dengan pandangan malas. Keduanya pun berjalan menuju kelas, mereka memang di kelas yang sama.
"Oh iya, val.. kan lo pernah bilang, katanya abang lo alumni sini ya?" Tanya Reihan.
"Iya, emang kenapa?" Jawab sekaligus tanya balik Nauval.
"Gak, cuma penasaran aja. Kasih tau gue nama abang lo dong" jawab dan pinta Reihan.
"Nama abang gue Haikal Sandhya" Jawab Nauval seperlunya.
"Haikal? Haikal yang itu bukan sih val? Yang sering juara umum? Terus dia juga kapten basket paling jago dan paling populer disini? Kata orang yang seangkatan sama dia sih katanya dia dingin, jarang ngomong gitu" Tanya beruntun Reihan.
Nauval mau berucap tapi keburu di potong oleh Reihan yang melanjutkan ucapannya.
"Tapi, sayang banget deh val. Masa pas pertandingan final dia malah mengundurkan diri. Padahal kan tinggal final doang" Lanjut Reihan.
"Gue gak tau, kan baru pindah setelah abang gue lulus sekolah" Jawab Nauval.
"Yahh... Coba lo tanya-tanya dong sama abang lo. Kalo bener Haikal yang itu gue mau minta tanding sesekali" Ucap dan mohon reihan.
"Iya, gue usahain" jawab Nauval.
'Ternyata gue gak tau apa-apa soal abang. Selama ini abang hanya jadi pendengar keluh kesah gue' batin Nauval setelah obrolannya dengan Reihan selesai.
Reihan, sahabat pertama nauval di SMA yang sama dengan sang abang. Bernama lengkap Reihan Prawira.
"Val boleh nyontek tugas fisika ga?" Ucap seseorang yang baru datang langsung minta contekan.
"Apaan sih no, kerjain sendirilah, jangan nyontek mulu kerjaan lo" bukan Nauval yang ngomong tapi Reihan dengan nada sewotnya.
"Ya terserah gue dong, Nauval aja gak nolak kok lo yang sewot" balas Novan dengan nada tak kalah sewot.
Nah, yang baru datang namanya Novan Giandra, sobat debatnya Reihan. Temenan sejak SD sama Reihan, mereka jarang akur.
"Udah, kalian berdua diem!" Ucap Nauval dengan nada tegas mengakhiri perdebatan mereka.
"Nih tugasnya, pake bahasa sendiri jangan nyalin doang" lanjut nauval sembari memberikan buku tugasnya kepada Novan.
"Siap val" balas Novan tersenyum dengan lebar.
Setelah menerima buku tugasnya Nauval, Novan melirik ke arah Reihan lalu menjulurkan lidahnya ke arah Reihan.
"Udah diemin aja Rei, bentar lagi guru datang" ujar Nauval menahan Reihan yang akan melampiaskan amarahnya pada Novan. Reihan pun menghembuskan nafasnya lalu berucap.
"Sabar, rei.. sabar.. orang sabar banyak uangnya" ucapnya sambil mengelus dadanya sendiri, supaya menetralkan amarahnya yang tadi meluap.
Tak lama guru pun datang dan pelajaran pun di mulai dengan hidmat.
_________________________________________
Saat pulang sekolah, Nauval melakukan latihan basket yang biasa dilakukannya bersama anggota tim lainnya. Kedua sahabatnya yang tadi pun mengikuti ekskul yang sama yaitu basket.
Nauval masih kepikiran soal pertanyaan Reihan. Apakah memang benar jika abangnya Haikal pernah menjadi kapten basket dan sampai terkenal ke seluruh sekolah bahkan lebih?
Tapi Nauval tidak ingin mengetahuinya dari orang lain, ia lebih memilih menyimpan pertanyaan pertanyaan itu di otaknya dan pulang nanti ia akan menanyakan nya kepada sang abang.
Selesai ekskul ia pun pamit untuk pulang terlebih dahulu dan berjalan menuju halte bus.
Saat sedang larut dalam pikirannya sambil berjalan dengan langkah yang pelan, ia di kagetkan dengan bunyi klakson.
Ia menoleh ke arah bunyi klakson yang mengagetkan nya.
"Abang?"
"Katanya kamu pulang telat kok jam segini udah pulang? Mau bareng abang aja?" Tanya Haikal.
"Bian sengaja pulang cepet supaya bisa ngobrol dulu, terus temen Bian juga katanya ada yang mau ditanyakan sama abang" Jawab Nauval sambil menaiki motor Haikal.
Haikal melajukan motornya dengan kecepatan sedang sambil bertanya.
"Emangnya temen kamu mau tanya apa sama abang?" Tanya Haikal.
"Abang kan alumni sekolah, tempat Bian sekolah saat ini ya?" Tanya nana memastikan.
"Iya, terus?" Jawab sekaligus tanya Haikal lagi.
"Abang sering juara umumkan? Bian sih udah tau kalo abang pinter. Tapi, tadi temen Bian minta tolong sama Bian, katanya tolong tanya sama abang" ucap Nauval lagi. Haikal hanya mengangguk lalu berucap
"Terus kamu mau tanya apa?"
"Abang pernah jadi kapten basket? Kok Bian gak tau kalo abang jago basket? Padahal kan kalo Bian tau, aval tinggal latihan basket sama abang aja di taman" tanya beruntun nauval dan terus berucap.
"Iya, abang lupa mau cerita gak keburu terus. Udah sampe mending kamu bebersih dulu gih ganti baju juga, kan seragamnya besok kamu pake lagi. Kita gantian mandinya. Abis itu abang ceritain deh" Ucap Haikal panjang lebar.
"Oke, bang. Bian mandi dulu nanti lanjut ya" Jawab nauval sembari berjalan sedikit cepat menuju kamar mandi.
"Iya-iya" Ucap haikal.
'Abang bersyukur kamu bisa menikmati masa sekolahmu dan lupa sesaat tentang trauma yang selalu mengganggu mu' batin Haikal.
"Uhuk.. uhuk.."
"Hah... Mulai lagi" ucapnya sembari melihat tangan yang menutupi batuknya tadi dan terlihat darah.
'aku harus kuat sampai nauval bisa bertemu keluarganya kembali'